Suatu hari saya membuka buku catatan mereka, subut saja namanya amri, buku catatan bahasa Indonesia, saya membaca sebuah karangan yang berjudul “cerita sikecil” Walau banyak haruf yang tertinggal dalam penulisan setiap kalimat, saya bias fahami arti dari sebuah karangan itu, bunyinya seperti ini:
Ayahku seorang nelayan, tiap hari ayah berangkat jam 5 pagi, waktu itu saya masih umur 6 tahun, biasanya ayah sebelum berangkat dia selalu mencium keningku, hari itu ayah berangkat terburu-buru sehingga lupa untuk mencium keningku, setiap sore aku menunggu ayah didepan pintu bersama adek yang masih berumur 4 tahun, malam semakin larut tapi belum dating-dating juga, akhirnya kami merasa ngantuk dan tidur, besok harinya ayah belum pulang-pulang juga, 1-2 –3 hari-seminggu bahkan sampai sekarang belum pulang-pulang juga. Sekarang aku sadar bahwa ayah takkan pernah kembali
Sekian klo ada yang salah maafkan saya ya buk
Tak sadar air mataku jatuh, hatiku menangis, kalau saya yang diposisi dia saya mungkin akan rapuh ditelan usia,
Mereka tak punya buku paket yang lengkap untuk belajar, tidak punya seragam yang bagus untuk sekolah, sepatu bagaikan mulut buaya yang kelaparan karna habis dimakan usia, seandainya saya punya kelebihan rezki sya akan membantu meringankan beban itu, agar mereka punya semangat hidup, tidak merasa sendirian, berani bercita-cita tinggi, tegar dalam dan semangat untuk belajar. Saya hanya seorang pegawai sewasta yang berpenghasilan pas-pasan, tapi setidaknya saya bisa berbagi cerita tentang mereka, kalau ada diantara kita mempunyai rezki lebih, berbagilah kepada yang membutuhkannya, dengan uluran tangan kita semua mereka yang belum beruntung akan terbantu.